Selain
budaya, gaya hidup, cara hidup, posisi rumah di kampung naga pun diatur
sedemikian rupa yang berpergang pada filosofi “Datang katingali tarang, Balik
katingali punduk”. Arti dari filosofi tersebut adalah warga saling
mengetahui keberadaan warga sekitar, mulai dari pergi keluar, masuk kerumah,
masuk membawa tamu dsb. Hal ini menjadi penting karena menurut penduduknya
agar tidak timbul kecurigaan atau yang
biasa disebut su’zon tentang siapa saja yang berada di dalam rumah atau sedang
melakukan apa di dalam rumah. Dengan posisi pintuberhadapan warga saling tahu
aktifitas warga lainnya.
Hidup
dengan sesama manusia adalah filosofi yang erat kaitannya dengan posisi rumah
yang ada di Kampung Naga. Karena dengan posisi saling berhadapan, warga bisa
bercengkrama secara langsung seperti halnya serumah hanya beda kamar. Menurut
Tatang salah satu warga Kampung Naga,”Warga disini biasanya setiap siang sering
nangkring di depan rumah sambil ngopi” ujarnya. Ini membuktikan bahwa penduduk
kampung naga hidup berdampingan dengan erat.
Selain budaya, gaya hidup, cara hidup, posisi rumah di kampung naga pun diatur sedemikian rupa yang berpergang pada filosofi “Datang katingali tarang, Balik katingali punduk”. Arti dari filosofi tersebut adalah warga saling mengetahui keberadaan warga sekitar, mulai dari pergi keluar, masuk kerumah, masuk membawa tamu dsb. Hal ini menjadi penting karena menurut penduduknya agar tidak timbul kecurigaan atau yang biasa disebut su’zon tentang siapa saja yang berada di dalam rumah atau sedang melakukan apa di dalam rumah. Dengan posisi pintuberhadapan warga saling tahu aktifitas warga lainnya. Hidup dengan sesama manusia adalah filosofi yang erat kaitannya dengan posisi rumah yang ada di Kampung Naga. Karena dengan posisi saling berhadapan, warga bisa bercengkrama secara langsung seperti halnya serumah hanya beda kamar. Menurut Tatang salah satu warga Kampung Naga,”Warga disini biasanya setiap siang sering nangkring di depan rumah sambil ngopi” ujarnya. Ini membuktikan bahwa penduduk kampung naga hidup berdampingan dengan erat.
Rumah yang keseluruhan terbuat
dari hasil alam juga mencerminkan warga kampung naga yang hidup berdampingan
dengan alam. Dari semua kegiatan yang dijalani oleh warga kampung naga
seluruhnya hampir tidak lepas dari unsur alam, contohnya mata pencaharian yang
memanfaatkan hasil dari alam, alat musik, kerajinan. Mesjid sekalipun terbuat
seluruhnya dari kayu, atau alam.
Tidak semua keturunan
kampung naga tinggal di wilayah tersebut. Dari seratus persen keturunan kampung
naga, hanya lima persen keturunan asli yang tinggal di kampung naga. Maka dari
itu kampung naga tidak lah primitif. Hanya saja cara hidup yang masih memegang
tradisi asli leluhur.(Bagus Ahmad
Rizaldi, Jurnalistik 1A)
Komentar
Posting Komentar