Langsung ke konten utama

Datang katingali tarang, Balik katingali punduk



Selain budaya, gaya hidup, cara hidup, posisi rumah di kampung naga pun diatur sedemikian rupa yang berpergang pada filosofi “Datang katingali tarang, Balik katingali punduk”. Arti dari filosofi tersebut adalah warga saling mengetahui keberadaan warga sekitar, mulai dari pergi keluar, masuk kerumah, masuk membawa tamu dsb. Hal ini menjadi penting karena menurut penduduknya agar  tidak timbul kecurigaan atau yang biasa disebut su’zon tentang siapa saja yang berada di dalam rumah atau sedang melakukan apa di dalam rumah. Dengan posisi pintuberhadapan warga saling tahu aktifitas warga lainnya.                                                                                                                                              Hidup dengan sesama manusia adalah filosofi yang erat kaitannya dengan posisi rumah yang ada di Kampung Naga. Karena dengan posisi saling berhadapan, warga bisa bercengkrama secara langsung seperti halnya serumah hanya beda kamar. Menurut Tatang salah satu warga Kampung Naga,”Warga disini biasanya setiap siang sering nangkring di depan rumah sambil ngopi” ujarnya. Ini membuktikan bahwa penduduk kampung naga hidup berdampingan dengan erat.                                                                                                     


Rumah yang keseluruhan terbuat dari hasil alam juga mencerminkan warga kampung naga yang hidup berdampingan dengan alam. Dari semua kegiatan yang dijalani oleh warga kampung naga seluruhnya hampir tidak lepas dari unsur alam, contohnya mata pencaharian yang memanfaatkan hasil dari alam, alat musik, kerajinan. Mesjid sekalipun terbuat seluruhnya dari kayu, atau alam.                                                                                                        

Tidak semua keturunan kampung naga tinggal di wilayah tersebut. Dari seratus persen keturunan kampung naga, hanya lima persen keturunan asli yang tinggal di kampung naga. Maka dari itu kampung naga tidak lah primitif. Hanya saja cara hidup yang masih memegang tradisi asli leluhur.(Bagus Ahmad Rizaldi, Jurnalistik 1A)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspadai Teknologi Perusak Moral

Di era globalisasi kini, teknologi informasi kian semakin melesat perkembangannya. Tidak dipungkiri masyarakat modern kini sangat membutuhkan informasi yang cepat walaupun belum jelas kredibilitas sumbernya. Gadget adalah barang penting yang menjadi kebutuhan utama publik. Pemasarannya begitu bersaing, mulai dari berbagai merek atau berbagai tingkat kecanggihannya. Penggunanya mulai dari orang tua hingga ke anak balita sudah kenal dengan teknologi ini. Namun kemudahan akses mencari informasi melalui gadget bisa berdampak negatif. Anak muda di era modern kini tidak formal jika dirinya tidak memiliki gadget canggih. Pergaulannya kini mendorongnya untuk harus memiliki gadget karena faktor lingkungannya yang serba mengacu kepada media sosial. Selain itu gadget canggih tentu saja memiliki fitur yang serba ada. Jika salah menggunakannya, gadget bisa merusak moral anak muda yang bebas menggunakannya. Ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat bahwa kehadiran gadget bisa me...

Berjuang Menuntut Ilmu

Sejumlah siswi SD melintasi sungai dengan rakit di sungai Bokor, Desa Tanjungmulya, Kecamatan Pakenjeng , Kabupaten Garut, Rabu (16/12/2015). Rusaknya jembatan akses kampung Bokor menuju SDN Tanjungmulya membuat para siswi tersebut menggunakan rakit untuk melintasi derasnya arus sungai Bokor.